This is default featured post 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured post 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

Senin, 31 Oktober 2011

Ketua Umum Karang Taruna Nasional dan KNPI


Taufan Rotorasiko: Hindari Konflik di KNPI

Taufan menuturkan, dalam sebuah organisasi kepemudaan konflik memang sulit dihindari.

Calon Ketua Umum KNPI Taufan E.N. Rotorasiko  

VIVAnews - Kandidat Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI), Taufan EN Rotorasiko mengatakan konflik yang berlarut-larut dan enggan diselesaikan berpotensi menjerumuskan bangsa ini menuju perpecahan. Generasi muda sejatinya menyadari bahwa konflik mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

"Kongres KNPI ini merupakan masa transisi pemuda menuju kepemimpinan nasional. Jika masa transisi itu diwarnai dengan konflik, maka kaum muda akan sulit melakukan gerakan bersama menyelesaikan persoalan bangsa," kata Taufan dalam pesan tertulis, Rabu 26 Oktober 2011.

Taufan menuturkan, dalam sebuah organisasi kepemudaan konflik memang sulit dihindari. Oleh karena itu, lanjutnya, KNPI sebagai induk organisasi kepemudaan harus memiliki manajemen konflik yang baik dan memiliki kesadaran tinggi untuk menyelesaikan keretakan yang terjadi.

Daripada berkonflik, energi kaum muda lebih baik disalurkan untuk melakukan percepatan pembangunan bangsa. "Sampai kapan pun, pemuda tetap menjadi pilar dan tulang punggung pembangunan. Kalau konflik antar pemuda bisa berhenti, pasti akselerasi pembangunan bangsa akan lebih cepat lagi," jelasnya.

Lebih lanjut Taufan mengatakan khittah KNPI sebagai wadah persatuan dan kesatuan pemuda, baik secara organisasi maupun pribadi, harus dikembalikan di masa transisi ini. Semangat persatuan, lanjutnya, akan mendongkrak peran generasi muda dalam kehidupan bangsa dan negara.

"Mari kita jadikan konflik dan keretakan sebagai musuh bersama supaya tak terjerumus lebih dalam. Sudah saatnya calon-calon pemimpin bangsa meninggalkan ideologi yang sempit dan bersatu demi kemajuan bangsa," ucap mantan Ketua Himpunan Pengusaha Muda (Hipmi) Jaya ini. (eh)
• VIVAnews

Rabu, 05 Oktober 2011

Sejarah Berdirinya Tuguh Pahlawan Surabaya

SEJARAH TUGU PAHLAWAN BERDIRI
" Untuk Mengenang Perjuangan dan Doa, terkumandang pada saat detik-detik pem-bombardiran Kota Surabaya dari darat, laut dan udara oleh Sekutu pada tanggal 10 Nopember 1945...."

Ekstrak Fenomena :

Seorang Presiden pada tanggal 10 November 1951 meletakkan batu pertama dari suatu rencana raksasa: Tugu Pahlawan, setinggi 45 meter. Batu itu ditancapkan di tengah-tengah Kota Surabaya, di sebuah tempat bekas reruntuhan gedung yang hancur dalam perjuangan mendirikan negara, di depan Kantor Gubernur Jawa Timur. Bersamaan dengan peletakan batu pertama itu ditanamkan juga sebuah piagam yang berbunyi:
Pada hari ini, Hari Pahlawan 10 November 1951, di Kota Surabaya, P.Y.M.Presiden Republik Indonesia Dr. Ir. Sukarno, dengan disaksikan oleh rakyat Indonesia di Surabaya, berkenan meletakkan batu pertama untuk mendirikanTugu Pahlawan guna memperingati pengorbanan Pahlawan-pahlawan Kemerdekaan Negara dan Bangsa Indonesia pada tanggal 10 November 1945.
Semoga Tugu ini, yang diselenggarakan atas nama penduduk Kota Surabaya oleh Kepala Daerah Kota Besar Surabaya, Dul Arnowo, menjadi peringatan rakyat Indonesia sehingga akhir zaman. 
Presiden Republik Indonesia, Dr. Ir. Sukarno. 
Gubernur Jawa Timur, Samadikun. 
Walikota Surabaya, Dul Arnowo.
Tentu saja naskah piagam itu ditulis dalam bahasa Indonesia ejaan Soewandi (ejaan lama). Segera setelah upacara ini selesai, maka pekerjaan pembangunan Tugu Pahlawan mulai diselenggarakan. Dan pada tanggal 10 November 1952 Presiden yang sama meresmikan pembukaan Tugu Pahlawan itu, yang ternyata tingginya hanya 45 yard!
Seperti tertera di dalam piagam yang ditanam beserta batu pertama, maka sebagai pembawa cita-cita untuk mendirikan Tugu Pahlawan ini dapat disebutkan tokoh seorang kurus, bertubuh kecil, tetapi selalu ikut berjuang dalam kancah pertempuran Surabaya serta menjadi walikota Surabaya sejak kembalinya kedaulatan negara Republik Indonesia. Tokoh itu tidak lain adalah Dul Arnowo. Ia kecuali dikenal sebagai seorang warga kota yang “kawakan”, juga populer di kalangan pejuang di Jawa Timur. Dul Arnowo sudah sejak tanggal 2 September 1945 berprakarsa membentuk pemerintahan Kota Surabaya yang jadi bagian dari Negara Republik Indonesia proklamasi 17 Agustus 1945.
Dul Arnowo yang pada zaman Jepang bekerja pada pemerintahan Surabaya Shi (kota) menjabat sebagai Ketua BPP (Badan Pembantu Prajurit) yang kantornya di Jalan Kaliasin (sekarang Basuki Rakhmat) 121, hari itu membentuk dua organisasi yang mewakili adanya pemerintahan Republik Indonesia yang merdeka. Organisasi itu adalah: BPKKP (Badan Penolong Keluarga Korban Perang) dan BKR (Badan Keamanan Rakyat). Ketua BPKKP, yang lebih mengurusi urusan administrasi (sipil) tata kota adalah Dul Arnowo (mantan Ketua BPP), wakil-ketuanya Mohamad Mangundiprodjo (mantan Daidancho Peta Buduran Sidoarjo). Sedang Ketua BKR adalah Drg. Mustopo (mantan Daidancho Peta Gresik), yang mengurusi soal pertahanan dan keamanan Kota Surabaya (dan Jawa Timur).
Sangat penting tindak-tanduk Ketua BPKKP dan wakilnya, yaitu sama-sama menyadari bahwa untuk mempertahankan kedaulatan negara RI itu bukan saja diperlukan kekuatan bersenjata tapi juga dibutuhkan dana untuk membiayai perjuangan itu. NEGARA RI LAHIR TANPA MODAL SESEN PUN. MODALNYA HANYALAH SECARIK KERTAS TEKS PROKLAMASI KEMERDEKAAN SERTA SEMANGAT DAN TEKAD RAKYAT Indonesia untuk mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negaranya (saya ketik huruf kapital, karena itu pernah terucap oleh Dul Arnowo ketika membentuk pemerintahan sipil di Surabaya, 2 September 1945).
Modal materiel beserta segala piranti aparat pemerintah itu harus dicari sendiri oleh rakyat. BPKKP selaku aparat juga harus mencari dana itu. Dul Arnowo dan Mohamad Mangundiprodjo yang diserahi jabatan pada BPKKP harus berfikir keras berupaya mencari dana bagi perjuangan menegakkan negara.
Dapat dicatat bahwa pencarian dana itu oleh Dul Arnowo dan Mohamad Mangundiprodjo akhirnya teratasi, yaitu dengan berhubungannya dengan Dr. Samsi Sastrawidagda (menjabat Menteri Keuangan kabinet RI pertama sebelum Mr. Maramis) yang memberi petunjuk bahwa di Bank Escompto di Surabaya tersimpan uang peninggalan pemerintah Hindia Belanda yang disita Jepang. Uang itu akhirnya digedor oleh Mohamad Mangundiprodjo, uangnya sebagian disumbangkan ke pemerintahan Pusat RI, selebihnya dijadikan dana perjuangan melalui organisasi Dewan Pertahanan Rakyat Indonesia di Surabaya, diketuai oleh Mohamad Mangundiprodjo.
Maka tidak aneh kalau di Surabaya terdapat nama jalan yang besar bernama H.R.Mohamad Mangundiprodjo. Tapi agak aneh, tidak ada nama Jalan Dul Arnowo, yang ada hanyalah nama gang kampung, yaitu Genteng Arnowo. Padahal pemikir pemerintahan sipil di Surabaya yang pertama ketika merdeka adalah Dul Arnowo, dan yang menemukan dana perjuangan untuk pemerintahan Pusat RI dan perjuangan mempertahankan Kota Surabaya (sebagian uang juga dibawa ke Markas BKR Jawa Timur, markasnya Drg. Mustopo gedung HVA yang sekarang menjadi gedung PTP Jalan Merak) yaitu karena hubungannya dengan Dr. Samsi juga oleh Dul Arnowo. Dr. Samsi pada akhir pendudukan Jepang menjadi Kepala Kantor Tatausaha dan Pajak di Surabaya.
Jadi sama-sama menjabat pemerintahan sipil di Surabaya bersama Dul Arnowo. Setelah Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 Dr. Samsi-lah pemimpin Surabaya yang pertama kali menemui Laksamana Shibata membicarakan masalah yang dihadapi Indonesia merdeka (buku Shibata Yaichiro “Surabaya After Surrender” 1986).
Cita-cita, pengabdian serta perjuangan Dul Arnowo terhadap NKRI berlanjut ketika menjadi walikota Surabaya 1951. Dialah yang berprakarsa mengganti nama-nama jalan di Surabaya yang sejak zaman Belanda hingga Jepang bernama nama-nama Belanda (lain waktu saya tulis soal nama-nama jalan di Surabaya ini). Dan lalu juga berprakarsa mendirikan Tugu Pahlawan ini.
Untuk lebih memberikan arti kepada Tugu yang hendak didirikan itu, diputuskan bahwa Tugu ditempatkan di bekas puing-puing reruntuhan Gedung Kenpeitai zaman Jepang. Bekas-bekas reruntuhan gedung ini pernah membawa penderitaan yang tidak gampang dilupakan para pejuang kemerdekaan dari zaman ke zaman. Sesudah menjadi gedung Raad van Justitie (gedung pengadilan) pada zaman Nederlands Indië, pada zaman Nippon menjadi markas Kenpeitai (polisi militer Jepang, di mana para patriot bangsa yang dianggap melawan Jepang ditawan dan disiksa, misalnya Ir Darmawan, tokoh ludruk Durasim). Dan pada saat meletusnya pertempuran 10 November 1945 gedung ini juga jadi pusatnya gerakan pemuda (PTKR = Polisi Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Hasanudin Pasopati dan N. Suharyo Kecik), yang kemudian gedung tadi menjadi bulan-bulanan sasaran peluru mortir dan peluru meriam dari kapal laut, dan bom dari pesawat terbang Thunderbolt, keduanya bagian dari angkatan perang Inggris.
Peristiwa ini pernah digambarkan dalam perangko-perangko Republik Indonesia yang beredar pada tahun-tahun pertama kemerdekaan. Dengan dibubuhi teks: Surabaya 10 November 1945. Termasuk perangko seri “pertempuran”
Pertempuran yang terjadi pada tempat itu bermula terjadi pada 30 September 1945 menjelang pagi 1 Oktober 1945 karena tekad pemuda-pemuda Surabaya untuk melucuti senjata tentara Jepang. Pelucutan senjata Jepang pada malam yang sama di tempat-tempat lain di Surabaya begitu lancar dan tidak menimbulkan pertempuran, hanya di Markas Kenpeitai itu dan Markas Kaigun (Angkatan Laut Jepang) di Gubeng Pojok yang memetik pertempuran dan makan kurban cukup banyak dari kedua belah pihak (pihak Indonesia dan pihak Jepang), dan baru tanggal 2 Oktober 1945 pertempuran selesai, atas hasil perundingan para pejabat. Markas Kenpeitai berhasil didamaikan atas perundingan antara Panglima Angkatan Darat Jawa Timur Jepang (Tobu Jawa Butai) Jenderal Iwabe dengan kelompok pejabat Jawa Timur Tentara Keamanan Rakyat pimpinan Drg Mustopo (Panglima TKR Jawa Timur, karena itu di Surabaya ada jalan Prof. Dr. Mustopo) di Markas Gedung HVA (sekarang Jalan Merak). Markas Kaigun berhasil didamaikan atas perundingan antara Laksamana Muda Laut Shibata dengan Ketua BKR Kota Surabaya Sungkono (karena itu di Surabaya ada jalan Majen Sungkono), di rumah Shibata Ketabang Boulevard (sekarang Jalan Jaksa Agung Suprapto; saya tidak tahu kaitannya Jaksa Agung Suprapto dengan Surabaya.
Pernahkah ada yang meneliti?). Akhirnya pertempuran di Markas Kenpeitai Jepang yang lalu jadi Markas PTKR itu hanya meninggalkan reruntuhan-reruntuhan saja. Kebanggaan dan kemegahan kolonialisme hilang bersama hancurnya gedung yang beriwayat banyak menimbulkan kurban jiwa patriotis bangsa Indonesia.
Tugu Pahlawan, atau Perumahan Rakyat.
Cita-cita pendirian Tugu Pahlawan ini pada mulanya mendapat sanggahan juga dari beberapa kalangan di Kota Surabaya sendiri. Mereka beranggapan bahwa perumahan rakyat adalah usaha pertama-tama yang harus diwujudkan. Bukannya usaha mendirikan tugu. Tetapi cita-cita ini pun mendapat dukungan dari rakyat, dengan demikian rencana mendirikan Tugu Pahlawan bisa mulai dilaksanakan.
Seorang utusan berangkat ke Jakarta membawa sebuah rencana (ontwerp). Presiden tidak bisa menyetujui ontwerp itu dan menyarankan bentuk “paku” untuk Tugu Pahlawan yang bakal didirikan itu.
Kemudian seorang berbadan besar, berkacamata, meneruskan usaha pendirian Tugu ini, karena Walikota Dul Arnowo (Walikota Surabaya 1950-1952) dipindahkan ke Jakarta. Orang yang berbadan besar itu adalah Walikota Surabaya yang baru, bernama R.Mustajab Sumowidigdo (Walikota Surabaya 1952-1956), yang namanya kini juga diabadikan untuk menamai jalan di depan rumah dinas kediaman Walikota Surabaya, penggantian nama jalan diresmikan tahun 1973 oleh Walikota Surabaya R.Sukotjo (Walikota Surabaya 1965-1974). Jalan itu dulu (sejak zaman Belanda) mempunyai nama yang unik, tidak ada yang menyamai di seluruh dunia, yaitu Ondomohen. Ondomohen itu bukan bahasa Jawa, bukan bahasa Belanda. Tidak ada artinya dalam kedua bahasa itu, di kamus pun tidak ada.
Jadi, kata Ondomohen di seluruh bahasa dunia artinya ya nama jalan di Surabaya itu. Oleh karena itu ketika Walikota Surabaya Dul Arnowo mengganti nama-nama jalan yang berbau bangsa atau bahasa Belanda tahun 1952, nama jalan Ondomohen tidak katut diganti. Ondomohen adalah bahasa Surabaya, milik orang Surabaya, khusus untuk nama Jalan Ondomohen di Surabaya.
Tentang mendirikan Tugu Pahlawan, oleh Walikota Surabaya yang baru, R.Mustajab, kemudian dikirimkan lagi utusan ke Jakarta untuk memperlihatkan dua belas ontwerp yang disusun menurut petunjuk-petunjuk Presiden. Pilihan terakhir jatuh kepada sebuah ontwerp, tetapi yang terakhir inipun mengalami perubahan-perubahan. Salah satu di antaranya: tiang bendera yang hendak dipancangkan di pucuk tugu harus dihilangkan.
Kerja Non-stop 40 Jam.
Dengan bantuan sepenuhnya dari jawatan-jawatan pemerintah seperti PJKA, Kantor Telepon, Jawatan Gedung-gedung, dan beberapa instansi swasta seperti Aniem (Perusahaan Listrik sebelum dinasionalisasi), BPM (sebelum dinasionalisasi jadi Pertamina), serta juga dari Angkatan Darat dan Angkatan Laut, penyelenggaraan pembangunan Tugu dimulai pada tanggal 20 Februari 1952.
Untuk pondasi saja harus digali tanah sebanyak 620 M3.
Pekerjaan ini lalu disusul dengan pengecoran beton untuk “werkvloer” seluas 247 M3 dengan tebal 6 cm. Beton yang disusun pakai perbandingan 1:3:6. Selesai pada tanggal 5 April 1952. Pekerjaan pengecoran beton oleh Balai Kota ini kemudian dilanjutkan oleh Indonesian Engineering Corporation, sebuah pemborong usaha nasional, untuk membuat pondasi.
Besi beton yang dihabiskan oleh pembuatan beton ini mencatat angka 19 ton. Sedang isi beton bertulang memakan campuran sebanyak 620 M3. Pekerjaan ini lalu disusul pengecoran beton dengan perbandingan 1:2:3. Oleh karena pengecoran harus diselesaikan sekali gus, maka untuk itu empat buah mesin pencampur beton harus dikerahkan, dengan tenaga 120 orang yang bekerja bergiliran selama 40 jam nonstop. Pekerjaan inipun selesai pada tanggal 3 Juni 1952.
Dari 45 Meter jadi 45 yard.

Juga IEC yang kemudian mendapat kepercayaan untuk mengerjakan Tugu hingga 30 meter. Sedang sisanya 11,3 meter diselesaikan oleh pemborong Sarojo. Rencana untuk mendirikan Tugu Pahlawan setinggi 45 meter sekarang ternyata tidak bisa dilaksanakan lagi. Ia cuma bakal setinggi 45 yard, atau 41,13 meter. Keadaan ini disebabkan karena rencana kekuatan Tugu setinggi 45 meter tidak terpenuhi. Kalau toh kekuatan ini harus disesuaikan dengan rencana lama, maka jangka waktu pengerjaan satu tahun yang diberikan itu tidak mungkin terpenuhi. Juga adanya peraturan-peraturan penerbangan menyebabkan rencana ini dikurangi jadi 45 yard saja. Terutama kalau ada penerbangan di waktu malam. Karena itu pada “mahkota” di atas tugu yang beratnya ditaksir tiga ton bakal dipasang lampu-lampu dan kaca merah.
Pembangunan bagian bawah Tugu yang mencapai tinggi 30 meter itu berakhir tepat pada tangggal 17 Agustus 1952, yaitu setelah dua bulan terus-menerus dikerjakan. Untunglah bahwa perhitungan-perhitungan dan perubahan menjadi 45 yard itu terjadi sesudah bagian bawah selesai dikerjakan. Hingga waktu itu sudah ada 70 orang pekerja dikerahkan. Pekerjaan pengecoran malahan meminta tenaga lebih banyak, sampai sejumlah 80 orang, tetapi hasil yang diberikan tidaklah seperti yang direncanakan. Setiap hari mereka cuma berhasil mengecor sebanyak 5 M3. Ini disebabkan karena makin tinggi memanjat, makin sukar pelaksanaan pengecorannya.
Kekurangan-kekurangan ini kemudian menimbulkan gagasan baru, yaitu untuk mempergunakan semacam “lift”. Menurut pendapat baru ini ternyata hasilnya naik, sehari menjadi 9 M3. Dan tinggi yang 30 meter itu pengecorannya selesai dalam tiga minggu.
Biayanya Cuma Setengah Juta.
Pekerjaan pembikinan bagian atas serta mahkota mengalami kesukaran-kesukaran sedikit, karena tenaga pekerja-pekerja jarang yang bisa dan berani memanjat setinggi itu. Walaupun upah sudah dinaikkan menjadi tiga kali atau empat kali lipat.
Menurut perhitungan terakhir pembuatan Tugu itu menelan sejumlah 170 M3 beton kricak, pasir dan pasir urug 530 M3 serta semen “Portland” (semacam Semen Gresik yang harus diimport, karena Semen Gresik baru dibangun 1958) 2408 bungkus. Biaya seluruhnya ditaksir Rp 500.000,00 yang didapat dari sumbangan-sumbangan para dermawan.
Kerja Acak-acakan Yang Abadi.
Tugu Pahlawan ini mempunyai 10 lengkungan (canalurus) pada badannya yang melambangkan tanggal 10. Sedang 11 bagian (gelindingen) di atasnya mengandung pengertian bulan ke 11 atau bulan November. Tinggi yang 45 yard itu dengan sendirinya menyatakan tahun 1945 sebagai tahun terjadinya pertempuran di Surabaya. Keistimewaan Tugu Pahlawan ini adalah bahwa di bagian dalamnya terdapat tangga yang melilit dindingnya untuk naik sampai puncaknya.
Hanya anehnya, beberapa saat setelah Tugu diresmikan pembukaannya, maka terjadi semacam “skandal” di dalam pembuatannya. Tugu itu di bagian tengah tampak miring dan tidak lurus. Penanggung jawab dari kecerobohan ini kabarnya ditimpakan kepada IEC. Sampai kemudian menjadi rahasia umum di Surabaya, bahwa Tugu Pahlawan itu bakal dibongkar kembali untuk mendapat perbaikan seperlunya.
Tetapi, inipun tidak pernah ada kenyataannya. Tugu Pahlawan itu tetap miring di tengah, dan tetap tidak dibongkar. Keabadian miringnya Tugu Pahlawan merupakan peringatan hasil kerja acak-acakan. Semoga dijadikan suri teladan untuk para penguasa kota yang kemudian, agar kerja acak-acakan seperti itu jangan terjadi lagi, jangan terulang lagi. Untuk mengerjakan “proyek” hendaknya direncanakan sejak ontwerpnya, pembeayaannya, sampai penjadwalan pengerjaannya. Waktu pengerjaan Tugu Pahlawan dulu, memang belum ada perencanaan anggaran pendapatan dan belanja daerah seperti sekarang. Semoga adanya APBD-APBN menjadikan pembangunan bangsa dan negara menjadi lebih baik daripada zaman 1950-an.
Menurut catatan, “Rencana Ongkos Pembikinan Tugu Pahlawan” waktu itu ialah Rp 400.000,00. Dana diperoleh dari pungutan pada masyarakat. Penerimaan kas dari pungutan sampai dengan tanggal 5 November 1952 baru terkumpul Rp 335.486,66. Yaitu sumbangan-sumbangan (ketika itu disebut “bantuan”) dari Grosier2 beras Rp 116.450,00; “Persatuan Kaum Ibu” Rp 15.500,00; Pasar Malam PMI-Phin Lauw Yuan Rp 4.343,80; Lingkungan Pacarkeling Rp 229,60; Panitya Penyelenggara Pertandingan Armada India Rp 494,00; Pemohon2 memasukkan beras dari luar daerah Rp 15.530,67 (tapi yang Rp 4.450,00 akan diminta kembali oleh pemohon2 itu karena permohonannya tidak diijinkan); Persibaya (waktu itu belum Persebaya) Rp 4.428,60; Sepakbola Lebaran Rp 60,90; Hadiah Bung Karno Rp 10.000,00; dari khalayak ramai melalui suratkabar “Suara Rakyat” Rp 1.875,00; Hadiah Bu Samadikun Jl. Pahlawan 7 (isteri Gubernur Jatim) Rp 100,00; sumbangan Perkumpulan “Gie Hoo” Rp 170,75; Jawatan Pelabuhan Surabaya Rp 78,60; stamvergunninghouders beras Rp 145.071,13; dari “Penjualan Kupon” Rp 20.870,61; Ikatan Pegawai Negeri di Penataran Angkatan Laut Surabaya Rp 70,00; sumbangan A. Djalil M.E.T.P. Riouw Udjung Jakarta, Rp 10,00; R. Sastromihardjo Kepala Setasiun Tarik Rp 28,00; Inspeksi Kesehatan Rp 175,00; . Jumlahnya belum mencapai “rencana ongkos”, tapi dalam laporan kas itu disebutkan bahwa dari “Penjualan Kupon” ditaksir akan diterima lagi Rp 45.000,00 dan dari Stamvergunninghouders beras sampai dengan ultimo November 1952 akan diterima lagi Rp 30.000,00; sehingga ditaksir akan diterima seluruhnya Rp 410.486,66. Sampai dengan 5 November pengeluaran yang sudah dilaporkan baru sampai Rp 196.231,30. Antara lain “perongkosan2 ke Jakarta” tiga kali jumlahnya Rp 4.500,00; tapi oleh utusan2 itu dikembalikan Rp 1.000,00 kepada panitia. Laporan atau balans itu ditandatangani oleh Bendahara Tugu Pahlawan Surabaya, R. Soetarto dan Ketua R. Moestadjab Soemowidigdo.

Sabtu, 27 Agustus 2011

Pemuda Sabbang Gelar Dialog Penyelesaian Konflik Pemuda



Untuk mencari solusi atas konflik pemuda yang berkepanjangan antar Desa dikalangan pemuda yang kerap terjadi di Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara, Pemerintah Kecamatan Sabbang bekerjasama sejumlah pemuda setempat mengelar dialog kepemudaan dengan tema menata kebersamaan untuk hidup yang lebih damai.
Dialog yang rencananya dilaksanakan di aula Kantor Kecamatan Sabbang, pada Sabtu (27/8/11) akan dihadiri sekitar 100 orang pemuda se-Kecamatan Sabbang, yang mana setiap desa diwakili minimal 5 orang pemuda. Selain itu juga menghadirkan tokoh agama, tokoh adat dan tokoh masyarakat.
Menurut Ketua Panitia, Muhammad Iqbal dialog pemuda tersebut bertujuan membangun komunikasi dan kesepahaman antar semua komponen masyarakat dalam membahas dan mencari akar persoalan serta solusi komprehensif dari persoalan remaja dan konflik yang selama ini terjadi.
"Berangkat dari pemikiran tersebut, Kami bermaksud menggelar dialog pemuda Kecamatan Sabbang yang dimaksudkan untuk membangun komunikasi dan kesepahaman antar komponen dalam mencari akar persoalan dan solusinya," kata Muh Iqbal pada Luwuraya.com, Jumat (26/8/11).
Iqbal menilai konflik sosial antar kampung yang sering terjadi selama ini didaerah Kecamatan Sabbang, dipicu oleh kenakalan remaja. Seringnya terjadi perkelahian antar pemuda kadang  hanya bermula dipicu permasalahan sepele sampai menjadi konflik yang cukup besar.  
"Hal ini diakibat tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Sementara, tindakan dari aparatur pemerintah dan aparat keamanan hingga saat ini belum memberikan dampak yang signifikan," ujarnya.
Senada, Sekertaris Panitia, Erwin S Wijaya mengatakan hal mendasar yang menjadi factor utama terjadinya berbagai persoalan kenakalan remaja di Kecamatan Sabbang yang mengarah pada konflik social disebabkan degradasi moralitas masyarakat, peredaran minuman keras yang bebas dan tidak terkontrol, dan kurangnya komunikasi dan mobilitas komponen pemuda antar wilayah.
"Selain itu, lemahnya penegakan hukum dan kurangnya perhatian Pemda Lutra terhadap pembinaan komponen pemuda serta adanya krisis ketokohan dalam masyarakat di Kecamatan Sabbang," kata Erwin yang juga Ketua Pemuda Tani Indinesia (PTI) Lutra.
Untuk itu, tambah Erwin, persoalan kenakalan remaja yang mengarah pada konflik horizontal atau bahkan konflik social di wilayah Kecamatan Sabbang perlu penanganan secara serius dan komprehensif serta berkesinambungan.
Sementara itu, Camat Sabbang, Jumail Mappile mengungkapkan bila rencana kegiatan dialog pemuda berawal dari bentuk keprihatinan pemerintah kecamatan terhadap konflik pemuda yang berkepanjangan antar Desa dikalangan pemuda yang kerap terjadi di Kecamatan Sabbang.
"Oleh itu saya mengajak sejumlah pemuda untuk mengelar dialog pemuda ini dengan menghadirkan pemuda dari setiap desa agar terbangun komunikasi dan kesepahaman antar semua komponen pemuda. Harapan kami dari dialog ini ada solusi komprehensif dari persoalan remaja dan konflik yang selama ini terjadi," tuturnya. (ayi/ar)

Senin, 15 Agustus 2011

Silaturahmi Cegah Konflik Sosial



Monday, 15 August 2011
JAKARTA– Silaturahmi dan saling menolong terhadap sesama manusia merupakan hal penting yang dapat mencegah perpecahan dan konflik sosial di tengah masyarakat. 


Di dalam Alquran pun Allah memberi peringatan terhadap orang-orang yang suka memutuskan tali silaturahmi. Demikian diungkapkan Ustaz Zacky Mirza. Menurut Zacky, Allah memberi janji-janji pahala bagi mereka yang menjaga silaturahmi. 

”Silaturahmi pada dasarnya bertujuan baik untuk tetap menjaga hubungan persaudaraan. Siapa pun dan pada agama apa pun dianjurkan untuk melakukannya.Orang yang bersilaturahmi sudah barang tentu memiliki banyak teman dan karib kerabat,”ungkap ustaz muda itu dalam tausiahnya di Kepulauan Seribu kemarin. 

Kehadiran Ustaz Zacky di kepulauan tersebut merupakan bagian dari program Safari Ramadan yang digelar pembina utama Masjid Al Akbar Kemayoran Hendardji Soepandji. 

Hendardji yang juga Direktur Utama PPKK Kemayoran berkeliling Jakarta selama Ramadan untuk menjalin silaturahmi dengan masyarakat yang ada di sekitar Jakarta, termasuk Kepulauan Seribu, dibarengi dengan menggelar sembako murah. 

Menurut Zacky,silaturahmi merupakan ibadah yang sangat agung,mudah, dan membawa berkah. Kaum muslimin hendaknya tidak melalaikan dan melupakannya sehingga perlu meluangkan waktu untuk melaksanakan amal saleh ini. 

Demikian banyak dan mudahnya alat transportasi dan komunikasi, seharusnya menambah semangat kaum muslimin bersilaturahmi. Bukankah silaturahmi merupakan satu kebutuhan yang dituntut fitrah manusia karena dapat menyempurnakan rasa cinta dan interaksi sosial antarumat manusia? 

”Silaturahmi juga merupakan dalil dan tanda kedermawanan serta ketinggian akhlak seseorang,” ucapnya. Pada kesempatan itu,Zacky juga mengungkapkan ada tiga doa yang tidak akan ditolak Allah SWT. Pertama, doa pemimpin yang adil. Kedua, doa orang berpuasa.Dan ketiga,doa orang-orang yang dizalimi. ”Bulan suci ini harus benarbenar kita manfaatkan dengan baik. Salah satunya dengan berdoa.Ada tiga doa yang tidak akan ditolak oleh Allah SWT. Artinya,doa orang-orang tersebut insya Allah akan dikabulkan,” tambahnya. 

Sementara itu, Hendardji mengatakan, selain menjalin tali silaturahmi dengan warga di pulau itu, dia juga ingin membantu meringankan beban mereka menghadapi Idul Fitri. Apalagi, tak dapat dimungkiri harga-harga kebutuhan pokok melonjak tinggi seiring makin dekatnya hari besar agama Islam tersebut. 

Bukan hanya menggelar program belanja sembako murah, Hendardji juga memberikan santunan untuk orangorang jompo dan anak-anak yatim yang ada di empat wilayah tersebut. Di Pulau Untung Jawa misalnya,dia menyantuni 83 yatim piatu dan 90 orang tua jompo. 

Di Pulau Panggang ada 120 yatim piatu dan 60 jompo yang diberikan bantuannya. Begitu pula 70 yatim piatu dan 230 jompo di Pulau Harapan tak luput dari sentuhannya. Termasuk 150 yatim piatu dan 110 jompo di Pulau Kelapa. 

”Ini bulan yang penuh berkah. Karena itu, kami merasa perlu untuk bersilaturahmi dan berbagi dengan masyarakat di Jakarta,termasuk di Kepulauan Seribu,” ujar Hendardji.

Pramuka Alternatif Atasi Kenakalan Remaja





Monday, 15 August 2011
MAKASSAR – Salah satu cara efektif mengatasi fenomena kenakalan remaja saat ini adalah dengan menyelenggarakan kegiatan kepramukaan.Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang melontarkan hal itu pada kegiatan peringatan HUT Pramuka ke-50 tahun di Lapangan Rumah Jabatan (Rujab) Gubernur Sulsel,kemarin.

Agus mengungkapkan, tantangan dan masalah yang dihadapi kaum muda saat ini sangat banyak dan kompleks.Salah satu cara untuk mengatasi masalah remaja adalah dengan aktif dalam kegiatan kepramukaan. Dengan aktif di kepramukaan, kaum muda dapat berkembang menjadi individu yang berwatak, berkepribadian dan berakhlak mulia. Mantan Ketua DPRD Sulsel ini menambahkan, untuk mewujudkan revitalisasi Gerakan Pramuka, harus dengan cara merapatkan barisan, memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa demi terciptanya tujuan pendidikan kepramukaan.

Revitalisasi Gerakan Pramuka telah dikumandangkan bersamaan disahkannya UU Nomor 22 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka pada Selasa, (26/10) 2010 lalu. Gerakan Pramuka bukan lagi sekadar kegiatan luar sekolah yang keanggotaannya bersifat sukarela, namun Gerakan Pramuka telah mentransformasi dirinya menjadi organisasi pendidikan yang independen. Sedianya, peringatan HUT Pramuka ke-55 tahun di Sulsel tersebut akan dibuka langsung oleh Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo.

Namun pada saat yang bersamaan, Syahrul tengah berada di Kabupaten Soppeng melaksanakan safari Ramadan. Dalam kegiatan kemarin,turut diberikan penghargaan kepramukaan kepada sejumlah tokoh pendidik dan pembimbing pramuka di Sulsel,di antaranya Asri Agung Pananrang yang juga staf Ahli Bidang Pemerintahan Pemprov Sulsel, mantan Kapolrestabes Makassar Kombes Pol (Alm) Nur Syamsul,serta Norma Thamzil. wahyudi 

Jumat, 12 Agustus 2011

John Lie: Menyelundupkan Senjata untuk Republik


John Lie: Menyelundupkan Senjata untuk Republik

Matahari baru saja terbenam saat sebuah kapal hitam menyelinap keluar dari pelabuhan kecil di Phuket, Thailand. Kapal motor berwarna hitam itu tak menyalakan lampu. Di buritannya berkibar bendera Merah Putih.

Di belakang kemudi, berdiri kapten kapal John Lie. Siapakah dia?

John Lie adalah sosok legendaris dalam organisasi penyelundup senjata yang terentang dari Filipina sampai India. Jaringan ini punya kantor rahasia di Manila, Singapura, Penang, Bangkok, Rangon dan New Delhi.

Untuk mempertahankan kedaulatan Republik Indonesia yang masih sangat muda, kepemilikan senjata api adalah hal mutlak. Bahkan dalam perjanjian gencatan senjata Agresi Militer Belanda I,  Perdana Menteri Hatta menegaskan bahwa gencatan senjata tidak termasuk impor dan ekspor senjata oleh Republik.

Belanda tetap memberlakukan blokade terhadap Indonesia dalam rangka menghalangi kemerdekaan bekas jajahannya. Menyiasatinya, senjata diperjualbelikan dengan menembus blokade Belanda itu. Dari sanalah karier penyelundup John Lie mencapai puncaknya. Meskipun Republik muda itu tak punya dana, Lie berhasil mendapatkan senjata dengan cara barter dengan hasil bumi.

Menurut buku “The Indonesian Revolution and The Singaporean Connection”, harga senjata bervariasi. Tahun 1948, penyelundup menjual dua karabin dan ribuan magasin dengan bayaran satu ton teh. Satu senapan mesin dan ribuan magasin dihargai 2,5 ton teh, enam ton teh bisa digunakan untuk membeli enam senjata anti pesawat udara beserta ribuan magasinnya.

John Lie adalah legenda. Menurut laporan majalah Life yang terbit pada 26 September 1949,  kapal Lie yang panjangnya 110 kaki (34 meter) selalu lolos dari patroli Belanda. Mengingat kapal itu tak dilengkapi senjata, meloloskan diri bukan perkara mudah. Kapal kerap dikejar sepanjang Selat Malaka, tak jarang dibombardir dengan peluru dan bom. Empat kapal lain yang sejenis telah dihancurkan Belanda.

Kapten Lie yang saat itu berusia 39 tahun, punya siasat. Kapal hitam dengan nomor registrasi PPB 58 LB itu disembunyikannya di teluk-teluk kecil sepanjang Sumatera dengan ditutupi dedaunan. Lie dan krunya lalu menunggu dalam diam hingga kapal dan pesawat Belanda menghentikan pencariannya.

Lie bergerak dengan bantuan belasan krunya, semuanya anak muda dengan usia rata-rata 21 tahun. Mereka bekerja tanpa dibayar demi patriotisme kepada Republik Indonesia. Mereka bolak -balik membeli senjata, dan menukarnya dengan hasil bumi, seperti teh, karet dan kopi.

John Lie adalah penganut Kristen yang taat. Dalam misinya dia selalu membawa dua Injil. Satu berbahasa Inggris dan satu Belanda. Meski demikian dia tak pilih-pilih; sering juga dia memasok senjata bagi para pejuang Muslim di Aceh.

Kepada wartawan majalah Life, Roy Rowan, Lie menyatakan sumpahnya "menjalankan kapal ini untuk Tuhan, negara dan kemanusiaan."  Cita-citanya hanya satu: mengubah Indonesia yang saat itu adalah hutan belantara, menjadi taman surga. Menurutnya, tugas mengubah Indonesia menjadi surga adalah takdir Tuhan untuknya.

Pada Desember 1966 Lie mengakhiri kariernya di TNI Angkatan Laut dengan pangkat terakhir Laksamana Muda. Sebelum itu, pada Agustus 1966 dia mengganti nama menjadi Jahja Daniel Dharma. Lie meninggal karena sakit pada 27 Agustus 1988.

Tahun 2009, 21 tahun setelah kematiannya, John Lie dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Gelar pahlawan nasional pertama bagi pejuang keturunan Cina.

Artikel ini adalah bagian dari Indonesia17, cara kita merayakan kemerdekaan Indonesia dengan memberikan penghargaan bagi mereka yang telah membuat perbedaan. Jadilah bagian dari kebanggaan Indonesia dengan mengusulkan siapa anak bangsa terbaik. Klik disini untuk keterangan lebih lanjut.

Kamis, 11 Agustus 2011

Karang Taruna Asal Lutra Wakili Sulsel ke Istana


Banyak orang,salah mengira karang taruna adalah OKP, padahal karang taruna adalah perkumpulan yang bergerak secara swadaya dan tak ada motif politik
12 August 2011, 03:40 WITA
Karang Taruna Asal Lutra Wakili Sulsel ke Istana
Karang Taruna Rio Pinawa. (ar)

Karang Taruna Rio Pinawa dari Kelurahan Bonebone, Kecamatan Bonebone, Kabupaten Luwu Utara yang meraih juara pertama pada lomba karang taruna berprestasi dalam usaha ekonomi produktif (UEP) akan mewakili Provinsi Sulawesi Selatan, ke Istana Merdeka dalam peringatan detik-detik proklamasi peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia ke-66 pada 17 Agustus 2011 di Jakarta.
"Jelas kami sangat senang dan bangga bisa mewakili Sulsel ke Istana Merdeka untuk mempersentasekan keberadaan karang taruna Rio Pinawa dan memaparkan memaparkan hasil kerja kami, sekaligus juga menghadiri peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia di istana negara," kata Ketua Karang Taruna Rio Pinawa, Masnah Mau'ud pada luwuraya.com, Kamis (11/8/11).
Menurutnya, untuk mewakili Sulsel ke Istana Merdeka karang taruna tersebut harus melalui seleksi cukup panjang mulai dari tingkat desa hingga provinsi dan Karang Taruna Rio Pinawa dapat menyisihkan 9 karang taruna perwakilan kabupaten/kota se-Sulsel hingga bisa mendapat predikat sebagai karang taruna berprestasi.
"Pada seleksi terakhir, dilakukan seleksi kinerja perkumpulan itu mulai dari fungsi kemitraan, pembukuan keuangan, program usaha ekonomi bersama, hingga pemberdayaan masyarakat kurang mampu," ujarnya.
Banyak orang, tambah Masnah, salah mengira karang taruna adalah OKP (Organisasi Kemasyarakatan Pemuda), padahal karang taruna adalah perkumpulan yang bergerak secara swadaya dan tak ada motif politik. Mungkin karena kami bisa menunjukan hal itu, sehingga pemerintah akhirnya memilih Karang Taruna Rio Pinawa untuk mewakili Sulsel.
"Kami akan di dampingi pihak Disnakertrans Lutra akan mengikuti karantina selama empat hari di Makassar. Hal itu dilakukan karena Karang Taruna Rio Pinawa diberi kesempatan untuk memperkenalkan produk andalannya yakni Virgin Coconut Oil (VCO) dan pupuk organik kepada Presiden pada 18 Agustus mendatang," jelasnya. (ayi/ar)

Rabu, 10 Agustus 2011

Sabbang dan Konflik Yang Tak Kunjung Padam


Kecamatan Sabbang adalah salah satu wilayah Pemerintahan Kab.Luwu Utara, yang terdiri dari 19 Desa dan 1 Kelurahan. Kecamatan Sabbang sampai sekarang ini diidentikkan dengan daerah rawan konflik, kerap sekali terjadi perkelahian/tawuran antara pemuda desanya.
Perkelahian/tawuran seperti ini hampir terjadi setiap tahun dan tidak tanggung-tanggung terkadang menimbulkan korban jiwa bagi para pelakunya dan juga tidak sedikit materi yang mereka habiskan untuk melakukan aksi saling serang dalam setiap perkelahian/tawuran, yaitu dengan mengadakan persiapan amunisi untuk senjata rakitan (papporo') yang mereka pakai. Bahan yang mereka butuhkan untuk membuat Papporo' adalah pipa besi yang kira-kira berdiameter 1/2 inci sampai 1 inci untuk ukuran senjata biasa, dan kira-kira 4 inci untuk ukuran senjata yang mereka sebut Bazoka, yang mereka pilih dari pipa yang berjenis keras dan tebal, kemudian untuk pelornya terdiri dari potongan besi, paku dan beling, itu untuk pelor hambur, untuk pelor yang mereka sebut pelor tunggal, mereka buat dari bahan timah yang dibentuk atau dicetak dengan cara melobangi dan membentuk tanah sebagai tempat untuk mencetak pelor tunggal itu. Ini semua tentunya membutuhkan biaya yang sangat besar. Lalu kemudian timbul sebuah pertanyaan; "darimana mereka mendapatkan dana/biaya untuk membuat dan melengkapi alat dan bahan tersebut, mungkinkah ada sponsor dibalik semua itu, ataukah masyarakat setempat ikut berpartisipasi dalam mempersiapkan logistik jagoan-jagoan mereka ?".
Hal ini adalah suatu hal yang sangat fenomenal sekali, namun sampai detik ini belum ada cara yang jitu yang mampu dilakukan oleh pihak-pihak yang berkompoten untuk menangani masalah tersebut, terbukti kejadian seperti ini kerap terjadi setiap tahun dengan pelaku yang sama, motif yang sama dan bahan yang sama. Sehingga timbul asumsi bahwa jangan sampai ada indikasi pembiaran terhadap masalah ini, yang bisa memberikan feedback yang baik bagi segelintir orang.
Masih segar dalam ingatan kita semua, kejadian pada Bulan Ramadhan 1431 H/tahun 2010 yang lalu dimana hampir 3 km kendaraan macet gara-gara pemuda yang tawuran, yaitu pemuda Desa Terpedo Jaya (yang dibantu oleh Pemuda dari Desa Dandang)  dengan Pemuda dari Desa Buangin, yang tidak lain pemicunya adalah rasa dendam yang berkepanjangan, dimana pemuda Desa Dandang merasa dendam dengan Pemuda Desa Buangin, lalu kemudian mencari sekutu yaitu pemuda dari Desa Terpedo Jaya, untuk menyerang Pemuda Desa Buangin dari arah utara. Tidak sampai disitu, setelah selesai bulan Ramadhan Pemuda Desa Dandang melakukan penyerangan dari arah selatan kepada Pemuda Desa Buangin, terjadi lagi macet yang panjang dan sekaligus menjadi tontonan gratis para penumpang kendaraan yang doyan nonton gratis.
Anehnya lagi setiap kejadian, petugas dari kepolisian selalu terlambat datang di TKP, sehingga aksi baku tembak antara pemuda sudah berjalan lama baru mereka tiba dan terkadang sudah memakan korban, dan yang paling aneh lagi petugas kepolisian takut mendekati TKP untuk membubarkan mereka yang tawuran, dengan alasan senjata mereka (yang tawuran) berbahaya, lalu bagaiman dengan senjata Bapak ?
Sudah saatnya kita mencari solusi yang tepat untuk mencegah kejadian-kejadian seperti itu, jangan lalu melakukan tindakan-tindakan yang subjektif tapi perlu ada solusi yang efektif. Kita semua yang berkompoten perlu duduk bersama membangun komunikasi untuk mencari solusi terhadap aksi-aksi anarkhi ini.
Menurut hemat saya, ada beberapa  akar persoalan yang menjadi pemicu dari aksi tawuran antara pemuda tersebut, yaitu :

  1. Kurangnya kegiatan Positif, sehingga mereka cenderung mengarah kepada kegiatan-kegiatan negatif.
  2. Maraknya peredaran minuman keras jenis Ballo, yang murah dan mudah mereka dapat.
  3. Kurang pro aktifnya Pemerintah setempat untuk menengahi pemicu-pemicu tawuran yang sifatnya masih kecil (ada kesan menganggap remeh persoalan).
  4. Kurang tanggapnya Pemerintah setempat, untuk membangun komunikasi persuasif antara Pemerintah yang pemudanya terlibat tawuran.
  5. Tidak adanya wibawa Pemerintah setempat di mata para Pemudanya, sehingga terkesan tidak dihiraukan.
  6. Kurangnya profesionalnya Pemerintah setempat untuk melakukan pemberdayaan Pemudanya (terkesan tidak ada Sence of Belonging terhadap Pemudanya), dan
  7. Kurang efektifnya tindakan petugas keamanan dalam menuntaskan kasus ini, terkesan selalu menghantam daun dan buah tapi membiarkan akar dan batang persoalan tumbuh dengan subur, sehingga embrio-embrio persoalan tidak pernah musnah, dan akibatnya tidak mampu memberikan efek jera, tetapi justru menimbulkan efek penasaran yang membuat aktornya penasaran untuk berbuat lagi.
Inilah yang menjadi hasil Site Observation saya selama ini, Sekali lagi ini tanggung jawab kita bersama.
Saya sangat apresiasi terhadap rencana Camat Sabbang, Bapak  Jumail Mappile, S.IP, M.Si, untuk mengadakan pertemuan dengan tokoh masyarakat dan pemuda untuk mencari solusi atas kejadian-kejadian seperti ini, termasuk beliau mengundang saya secara lisan, yang rencananya akan diadakan tanggal 12 Agustus 2011 sehabis shalat Tarawih, semoga pertemuan ini ada titik temunya.
Dan kesimpulan yang terakhir, yang membuat saya tidak habis berfikir, apakah mungkin ada Skenario, Koreografer, Dalang dan Produser dalam Episode yang tak kunjung selesai ini, Wallahualam Bissawab.

INSPIRASI ANAK BANGSA: Burung Elang Itu Telah Terbang Jauh

INSPIRASI ANAK BANGSA: Burung Elang Itu Telah Terbang Jauh: "Burung Elang Itu Telah Terbang Jauh Dari berbagai hal yang aku baca dan aku tulis maka episode detik terakhir menjelang kepergian Putera ..."

Selasa, 09 Agustus 2011

Kunjungan Ketua Karang Taruna Nasional


a13

‘Kampung Katar’ di SKKT Kalimantan Selatan

Ramah tamah rombongan pengurus Karang Taruna Nasional dengan jajaran Pengurus Karang Taruna, PSM dan BK3S Kalsel di Sekretariat SKKT Banjarmasin, berlangsung meriah dan penuh keakraban.
Suasana Sekretariat Sasana Krida Karang Taruna Banjarmasin di jalan HKSN , kemaren sangat meriah, siang itu Ketua Umum Karang Taruna Nasional, Taufan Entotorasiko beserta rombongan datang berkunjung ke sekretariat tersebut sambil beramah tamah, setelah sebelumnya berhadir pada acara pengukuhan pengurus Karang Taruna Provinsi Kalimantan Selatan, Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Kalimantan Selatan dan Forum Komunikasi Pekerja Sosial Masyarakat Kalimantan Selatan yang dilaksanakan di Mahligai Pancasila.
Kemeriahan halaman sekretariat Sasana Krida Karang Taruna Banjarmasin karena siang itu dilaksanakan juga pameran dan bazar, bhakti sosial dan donor darah. Ketua Karang Taruna Kota Banjarmasin Ayarifuddin akbar kepada RRI menyatakan, tindak lanjut setelah mereka dikukuhkan, maka akan melakukan penyusunan program yang diperuntukkan bagi kegiatan sosial kepemudaan yang ada di wilayah Kalsel.
Sementara itu, salah satu petugas pelaksana kegiatan donor darah Sri Hasanah mengatakan, mereka mengundang seluruh pengurus karang taruna se Kalsel untuk mengirimkan 5 orang pengurusnya untuk memberikan donor darah. Di halaman Sekretariat Sasana Krida Karang Taruna Banjarmasin di jalan HKSN kemaren, ada kegiatan pameran dan bazar usaha ekonomis produktif karang taruna dan produk UKM Posdaya se Kota Banjarmasin, yang juga memfokuskan pasar murah khusus sembako. Selain itu, ada kegiatan bakti sosial berupa pemeriksaan kesehatan dan pengobatan gratis bagi masyarakat sekitar skkt dan donor darah yang ditergetkan dapat mencapai 50 peserta dari para utusan pengurus karang taruna se Kalsel.
( Juns RRI )

11 Ormas Bentuk Setgab Kesejahteraan Rakyat



a2
JAKARTA – Sebelas organisasi kemasyarakatan (ormas) tingkat nasional yang dimotori Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) dan Karang Taruna Nusantara sepakat membentuk Sekretariat Gabungan (Setgab) bersama untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dengan pengembangan ekonomi kerakyatan serta mengentaskan kemiskinan dan pengangguran yang menjadi beban pemerintah.
“Pembentukan Setgab ormas kesejahteraan rakyat ini sama sekali tidak berafiliasi pada partai politik tertentu meski sebagian ketua umunya merupakan anggota parpol. Ini murni kerja sosial untuk membuat karya nyata kepada masyarakat,” ujar Ketua Umum Depinas SOKSI Ade Komarudin didampingi Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna Taufan Eko Nugroho disela-sela Pembentukan Ormas/Orsos Untuk Kesejahteraan Rakyat di Jakarta, Rabu (26/1).
Hadir para pimpinan ormas/orsos diantaranya Ketua Umum Depinas SOKSI Ade Komarudin, Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna Taufan Eko Nugroho, Ketua Umum Komite Tinju Indonesia (KTI) Anthon Sihombing, Ketua Umum Bakornas Bakesguna dr. Kris Parinsi, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Mayjen TNI (Purn) Yusuf Solichien, Ketua Gabungan Pelaksana Konstruksi Indonesia (GAPENSI) Suharsojo, Ketua Umum DPP AMPI Dave Akbar Laksono, Khofifah Indar Parawangsa (DEKOPIN), Ketua Depinas SOKSI Firman Subagyo, dan wakil dari PB HMI Fajar Faqihudin.
Menurut Ade Komarudin, pembentukan aliansi ormas ini merupakan langkah awal menghimpun kekuatan dan gerakan kemasyarakatan yang akan dilanjutkan dengan pembentukan tim untuk menyusun program kerja bersama, termasuk membentuk sekretariat gabungan bersama. Bahkan, dalam waktu dekat sudah ada rumusan program konkrit untuk program kesejahteraan rakyat dalam rangka memberikan solusi bagi permasalahan kebangsaan seperti pengentasan kemiskinan dan pengangguran. Jadi, apa yang kita lakukan sekarang ini sebagai tindaklanjut pertemuan SOKSI bersama PBNU dan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PDHI) saat melakukan kegiatan sosial di Bali.
“Setelah pembentukan ini, kami juga akan melakukan roadshow ke ormas-ormas lainnya seperti PP Muhammadiyah, PGI, KWI, dn Walubi. Saya berharap ada dukungan dan respon yang positif dari ormas dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat. Paling tidak, gagasan aliansi ormas yang digagas SOKSI ini harus mampu melahirkan ide-ide yang kreatif dan inovatif, mampu melahirkan gagasan-gagasan baru yang orisinil dan memberikan solusi bagi permasalahan kebangsaan. Ya, setidaknya mampu menjadi community of idea, sebuah komunitas yang selalu memberikan inspirasi bagi masyarakat dan bangsa,” ujar dia.
Dia mengakui, dalam melaksanakan program kesejahteraan masyarakat, pemerintah memang tidak bisa berbuat banyak karena anggaran yang tersedia masih sangat terbatas, begitu pula dengan perusahaan yang menyalurkan bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk membantu masyarakat miskin di sekitar perusahaan. Meski begitu, Setgab ormas ini sedang mengkaji kemungkinan penerapan program dana bergulir micro finance untuk masyarakat miskin, apalagi program tersebut sengaja dirancang dan berorientasi pada sosial business dan tidak mengambil keuntungan.
“Saya optimistis bila semua ormas yang tergabung dalam aliansi ini saling bahu membahu, bukan tidak mungkin akan menjadi kekuatan yang maha dahsyat. Untuk peningkatan kesejahteraan rakyat ini ada potensi sangat besar yang bisa dimanfaatkan ormas seperti pola-pola kemitraan dengan pemerintah maupun perusahaan BUMN, termasuk kerjasama dengan berbagai perusahaan,” tegas dia.
Ketua SOKSI Firman Subagyo menambahkan, rincian program dana bergulir micro finance yang tawarkan dalam pertemuan aliansi ormas mendapat sambutan yang positif. Karena, program tersebut sesungguhnya sangat diharapkan masyarakat kecil mengatasi kesulitan mendapatkan modal usaha di tingkat pedesaan. “Saya kira, gagasan dan terobosan yang dilakukan Ketua Umum SOKSI ini merupakan momentum yang harus mendapat sambutan semua pihak, khususnya ormas yang memiliki komitmen untuk mensejahterakan masyarakat,” ujar dia.
Ketua Umum Pengurus Nasional Karang Taruna Taufan Eko Nugroho menambahkan, pembentukan aliansi ormas untuk kesejahteraan rakyat ini bukan hanya sekedar gagasan, tapi bukti dan karya nyata organisasi yang sudah teruji kontribusinya kepada masyarakat. “Saya percaya jika masing-masing ormas bisa berkarya nyata yang bermanfaat bagi rakyat banyak, apalagi bisa bersinergi dan merancang gagasan untuk mensejahterakan rakyat, maka akan tercipta hasil yang luar biasa,” kata dia.
Menurut Taufan, organisasi Karang Taruna yang dipimpinnya siap menindaklanjuti gagasan besar aliansi ormas karena memiliki massa sambat di grass root, dan bila program yang digulirkan ini berjalan tentunya masyarakat akan merasakan manfaatnya dan ormas sendiri juga bisa berperan serta membantu pemerintah untuk kesejahteraan rakyat. “Ya, kesejahteraan rakyat itu ibarat hadiah terbesar dari aliansi ormas untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Bangsa ini cemerlang ketika berpadunya berbagai kekuatan dan bangsa ini redup ketika kekuatan satu pihak melemahkan kekuatan pihak lainnya,” ujarya.

Genjot Pelatihan Kader


Karang Taruna Sulawesi Selatan Genjot Pelatihan Kader
Oleh : Chali Mustang | 12-Apr-2011, 01:04:34 WIB

KabarIndonesia – Pengurus Karang Taruna Provinsi Sulawesi Selatan periode 2010 – 2015 terus menggenjot sejumlah program yang berorientasi pada pelayanan sosial kemasyarakatan. Tahun 2011 ini, Karang Taruna Sulawesi Selatan telah merampungkan beberapa program diantaranya donor darah, pemberian bantuan kepada beberapa pengurus Karang Taruna desa/kelurahan dan pelatihan-pelatihan kepemudaan.

Pelatihan yang telah dilaksanakan antara lain pelatihan managemen organisasi, pengelolaan kelompok usaha produktif dan pelatihan penanganan masalah sosial. “Kami sebagai pengurus Karang Taruna Provinsi Sulawesi Selatan berharap agar pengurus Karang Taruna kabupaten/kota dapat mengaplikasikan apa yang didapat dalam pelatihan tersebut,” kata Wakil Ketua Karang Taruna Provinsi Sulawesi Selatan, Andi Syafri Sulo kepada pewarta HOKI, Senin (11/4/2011)

Menurut Andi Syafri Sulo, Karang Taruna Provinsi Sulawesi Selatan mengfokuskan kegiatan pada peningkatan kreatifitas pemuda dengan pola kemitraan. “Kami berupaya agar semua pengurus Karang Taruna kabupaten/kota terlibat langsung dalam penanganan permasalahan sosial karena eksistensi Karang Taruna adalah organisasi sosial kepemudaan,” ujarnya.

Dalam waktu dekat ini, sejumlah pengurus Karang Taruna kabupaten/kota akan menggelar Temu Karya Daerah (TKD) yang berorientasi pada agenda penataan kelembagaan. “Dengan TKD ini nantinya kader Karang Taruna dapat memberikan kontribusi aktif pada penanganan permasalahan sosial yang ada di wilayahnya masing-masing,” kata Andi Syafri Sulo, “selain TKD Karang Taruna di beberapa kabupaten/kota di Sulawesi Selatan juga akan mendirikan koperasi Kupakataui yang bertujuan meningkatkan peran pengurus Karang Taruna dalam kegiatan usaha ekonomi produktif”.

Karang Taruna Provinsi Sulawesi Selatan menggenjot program yang belandaskan pada empat program pokok ; pertama, agenda kelembagaan yakni pembentukan kepengerusan di semua tingkatan, mendorong pengurus kabupaten kota agar memiliki sekretariat dan mengefektifkan sekretariat yang sudah ada. Kedua, produktifitas pemuda melalui pembentukan koperasi. Ketiga, partisipasi sosial pemuda yakni meningkatkan partisipasi Karang Taruna dalam penanganan masalah sosial. Keempat, agenda kemitraan dan komunikasi sosial pemuda yakni melakukan kemitraan dengan semua SKPD baik di provinsi maupun kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. “Semua kegiatan Karang Taruna mengacu pada empat program pokok ini,” kata Andi Syafri Sulo.


Blog: http://www.pewarta-kabarindonesia.blogspot.com/
Alamat ratron (surat elektronik): redaksi@kabarindonesia.com

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More